Rabu, 11 September 2013

Pembelajaran Aktif dan Kajian Penelitian Terdahulu yang Relevan (2.3 2.4)

2.3 Pembelajaran Aktif Penjelasan
Pembelajaran aktif adalah pembelajaran yang lebih berpusat pada peserta didik (student centered) dari pada berpusat pada guru (teacher centered) (Indrawati & Setiawan, 2009). Untuk mengaktifkan peserta didik, kata kunci yang dapat dipegang guru adalah adanya kegiatan yang dirancang untuk dilakukan oleh siswa baik kegiatan berpikir (minds-on) dan berbuat (hands-on). Fungsi dan peran guru lebih banyak sebagai fasilitator. Dalam hal ini, siswa aktif belajar, beberapa kegiatan diantaranya: belajar dalam kelompok, dan memecahkan masalah, berdiskusi/berdebat. Melalui pembelajaran Cooperative Learning sangat memungkinkan siswa belajar aktif.
Pada bagian ini diuraikan juga cara-cara mengukur aktifitas. Cara yang dimaksud akan dipakai untuk mengukur aktifitas siswa dalam pembelajaran.

2.4 Kajian Penelitian Terdahulu yang Relevan Penjelasan
Pada akhir-akhir ini mulai bermunculan peneliti-peneliti dari kalangan pendidik di Indonesia, tema yang diambil diantaranya adalah pembelajaran kelompok atau kooperatif, di tingkat SD maupun sekolah menengah. Utomo (2004), dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif yang berorientasi pada kepribadian (dominasi) siswa dapat berjalan secara efektif, baik secara normatif maupun korelatif. Hasil lain menunjukkan bahwa ada sedikit perubahan dominasi siswa ke arah lebih positif, artinya siswa dengan dominasi tinggi menjadi lebih kooperatif, demikian pula siswa dengan dominasi rendah (non-asertif) menjadi lebih asertif. Suradi (2004), dalam penelitiannya yang bersifat kaji tindak berbasis kelas, mendapatkan hasil sebagai berikut: siswa mempunyai persepsi positif terhadap model pembelajaran matematika secara kooperatif, hal ini berpengaruh pada oeningkatan motivasi belajar siswa dan pada akhirnya berpengaruh pada peningkatan hasil belajarnya. Diungkapkan pula bahwa prestasi belajar matematika siswa dalam pembelajaran kooperatif semakin meningkat pada setiap siklusnya. Sofyan (2004), hasil penelitiannya menyimpulkan beberapa keunggulan dalam pembelajaran matematika dengan metode kooperatif , yaitu: aktifitas siswa dan guru meningkat, siswa mempunyai respon positif terhadap metode ini, ketrampilan kooperatif baik, dan prestasi belajar siswa lebih meningkat dibandingkan dengan pembelajran konvensional. Sutanto (2003), di akhir laporannya memberi saran bahwa pembentukkan kelompok harus benar-benar cermat sehingga setiap potensi yang ada pada siswa bisa terungkap. Managing Basic Education (MBE) (2007, memaparkan beberapa hal sebagi berikut: para guru menciptakan situasi yang memungkinkan siswa menyatakan diri mereka secara bebas, bekerja dalam kelompok dan memikirkan jawaban pertanyaan dan bukan sekedar menghapal informasi, perlu ada diskusi mengenai pemecahan masalah/soal cerita (matematika) dengan siswa lain, belajar dalam kelomp[ok menjadi kebutuhan siswa, dll. Lebuan (2010) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa penerapan kooperatif STAD dalam pembelajaran Fisika (Kalor) di SMP mampu meningkatkan jumlah siswa hingga 87,1% yang mencapai SKM.
Bagian ini sangat penting karena menunjukkan bahwa beberapa peneliti telah berhasil menerapkan tipe STAD. Melalui penelitian terdahulu kita juga belajar tentang kelancaran dan hambatan yang dialami oleh peneliti sebelumnya, sehingga kita bisa mengantisifasinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar