Selasa, 24 September 2013

3.3 Siklus Penelitian (3.3.1.4, 3.3.3)

3.3 Siklus Penelitian
Penjelasan
3.3.1.4 Persiapan Refleksi

Refleksi akan dilakukan pada setiap akhir pertemuan kelas dan ditutup dengan refleksi pada akhir siklus. Instrumen yang diperlukan dalam penelitian ini adalah tabel untuk mencatat skor tes hasil belajar (ulangan dan kuis), hasil obervasi, hasil angket, dan input/catatan lainya (tabel terlampir). Melalui pemaknaan pada tabel ini akan diketahui apakah indikator sudah tercapai.
Bentuk tabel refleksi dapat dilihat pada BAB IV.

Refleksi ini bertujuan mengetahui apa yang telah dan belum terjadi, apa yang dihasilkan, kenapa hal tersebut terjadi demikian, dan apa yang perlu dilakukan pada siklus selanjutnya.

3.3 Siklus Penelitian
Penjelasan
3.3.1.4 Pelaksanaan Tindakan
Tindakan pembelajaran akan dilaksanakan di kelas nyata sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah dibuat. Jadi, tindakan akan dilakukan dalam situasi pembelajaran yang aktual sehingga tidak menuntut kekhususan waktu maupun tempat, artinya, guru mengajar seperti biasa dalam hal waktu dan tempat, sesuai dengan jadwal pelajaran yang berlaku saat itu. Tahap ini meliputi pembelajaran matematika yang melibatkan soal cerita dengan langkah-langkah sesuai dengan yang tertuang pada RPP.
Bentuk tabel refleksi dapat dilihat pada BAB IV.

Pada tahap ini guru mengajar seperti biasa tetapi menggunakan model pembelajaran kooperatif STAD.

3.3 Siklus Penelitian
Penjelasan
3.3.3 Observasi
Observasi (pengamatan) dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung. 
  • Observasi menggunakan instrumen seperti yang telah diuraikan pada tahap persiapan. Observasi dilakukan oleh guru pengajar (partisipan) dan guru pengamat.
  • Shooting memakai handycam. Shooting dilakukan oleh guru pengamat atau tenaga administrasi.
  • Pengambilan foto memakai camera, dilakukan oleh guru pengamat atau tenaga administrasi.
Bentuk tabel refleksi dapat dilihat pada BAB IV.

Selain meggunakan observasi anecdotal, sangat dianjurkan juga memakai observasi terstruktur.

3.3 Siklus Penelitian, 3.4 Teknik Analisa Data

3.3 Siklus Penelitian
Penjelasan
3.3.3 Observasi
Refleksi diawali dengan evaluasi proses dan hasil belajar. Evaluasi terhadap hasil belajar dilakukan dengan cara memberikan ulangan harian (kuis) kepada siswa. Alat evaluasi menggunakan instrumen seperti yang telah diuraikan pada bagian persiapan instrumen.
Data yang diperoleh dari observasi (pengamatan) dan hasil penilaian terhadap prestasi belajar siswa serta hasil angket digunakan sebagai bahan refleksi. Refleksi bertujuan untuk mengetahui apakah indikator sudah tercapai, apakah proses sudah dilaksanakan dengan benar, dan menginvetarisasi perbaikan-perbaikan yang diperlukan untuk siklus berikutnya.
Refleksi meliputi refleksi proses dan refleksi hasil belajar. Bahan refleksi proses adalah semua hasil observasi, yaitu: catatan-catatan selama pembelajaran di kelas berlangsung, perekaman handycam, foto, hasil angket yang telah diisi siswa, dll. Sedangkan bahan refleksi hasil belajar adalah skor kuis, bentuk-bentuk kesalahan yang dialami siswa, dan jumlah (persentase) siswa yang masih mengalami kesalahan.
Refleksi dilakukan dengan cara diskusi. Karena penelitian ini adalah penelitian kolaboratif, maka peserta diskusi adalah semua tim peneliti. Dan jika dipandang perlu, dapat mengundang ahli peneliti PTK sebagai peserta diskusi.
Indikator dari tercapainya tujuan penelitan ini adalah:
  • Minimal 75% siswa yang mencapai SKM.
  • Skor rata-rata ulangan minimal 70.
  • minimal 80% siswa aktif berinteraksi dalam diskusi kelompok.
Jika hasil refleksi menunjukkan bahwa indikator keberhasilan belum tercapai, maka penelitian akan dilanjutkan pada siklus 2. Hasil observasi dan refleksi didokumentasi dengan baik, dokumen ini akan digunakan untuk perbandingan dengan siklus berikutnya.
Refleksi dilakukan untuk meninjau keberhasilan dan kelemahan yang terjadi pada siklus yang sedang
dilaksanakan serta hambatan yang ditemui dalam pembelajaran.
Hasil refleksi digunakan untuk meningkatkan kualitas pengajaran pada siklus selanjutnya.
Keberhasilan yang telah dicapai dicari penyebabnya supaya dapat ditingkatkan.
Kelemahan yang telah dilakukan dicari penyebabnya dan dipikirkan cara mengatasi kelemahan tersebut.


3.3 Siklus Penelitian
Penjelasan
3.4 Teknik Analisa Data

Data dianalisis secara deskriptif, melalui tahapan: reduksi data, penyajian data dalam table, menghitung rata-rata dan persenrase, kemudian dilakukan pemaknaan terhadap hasil hitungan. Pengujian keabsahan data dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan silang (cross check) atau dikenal dengan istilah triangulasi. Kegiatan triangulasi ini dilakukan dengan mengecek kembali hasil wawancara, hasil observasi dan hasil angket. Perlu diperhatikan bahwa dalam PTK dikenal istilah saturasi, yaitu kecukupan data, yaitu suatu aktifitas untuk melakukan pengukuran berulang kali jika proses dan hasil evaluasi meragukan.
Pada PTK/PTS hanya diperlukan statistik deskriptif. Tidak diperlukan stattistik inferensial. Jadi tidak diperlukan uji t, uji F, uji χ2 , uji signifikansi korelasi dll. Mengapa demikian? Karena kita tidak melakukan pengambilan sampel, sehingga tidak melakukan generalisasi. 
Data yang dianalisis meliputi : perubahan yang terjadi pada siswa, peningkatan hasil belajar setiap siklus.

3.3 Siklus Penelitian (3.3.1.3 , 3.3.1.3.1, 3.3.1.3.2)

3.3 Siklus Penelitian
Penjelasan
3.3.1.3 Penyiapan Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang disiapkan meliputi instrumen untuk observasi proses/kegiatan, instrumen pengukur hasil belajar, angket, dan intstrumen untuk refleksi.

3.3.1.3.1 Instrumen observasi proses/kegiatan 
Instrumen observasi yang dipersiapkan dalam penelitian ini adalah: 
  1. Catatan anekdotal untuk guru (terlampir).
  2. Catatan anekdotal interaksi guru-siswa (terlampir).
  3. Catatan anekdotal organisasi kelas (terlampir).
  4. Catatan anekdotal keaktifan siswa berinteraksi dalam diskusi kelompok (terlampir). Instrumen ini untuk mengukur indikator keberhasilan nomer 2 (Minimal 60% siswa aktif berinteraksi daalm diskusi kelompok).
  5. Camera/handycam.
  6. Kertas untuk mencatat hal-hal khusus selama proses pembelajaran berlangsung.
\

Instrumen observasi dapat dikelompokkan menjadi 3 (ttga, yaitu: instrument untuk mengobservasi guru, instrument untuk mengobsevasi kelas, dan instrument untuk mengobservasi prilaku siswa. 

Observasi anecdotal mefokuskan pada hal-hal spesifik yang terjadi di kelas atau catatan tentang aktifitas belajar siswa dalam pembelajaran. Observasi anecdotal menjatat kejadian di dalam kelas secara informal dalam bentuk naratif. Sejauh mungkin, catatan itu memuat deskripsi rinci dan lugas peristiwa yang terjadi di kelas.



3.3 Siklus Penelitian
Penjelasan
3.3.1.3.2 instrumen pengukur hasil belajar dan angket

Instrumen pengukur hasil belajar berupa Soal ulangan harian dan kuis (terlampir). Instrumen ini untuk mengukur indikator keberhasilan nomer 1 (minimal 75% siswa yang mendapat skor minimal 70).
Angket untuk siswa berisi pernyataan tentang cara guru menyampaikan materi, interaksi guru dengan siswa, cara pembentukan kelompok, dan penggunaan metode mengajar (terlampir).
Instrumen pengukur hasil belajar sama dengan soal yang biasa dibuat oleh guru untuk ulangan harian atau tes formatif.

3.3 Siklus Penelitian (3.3.1 , 3.3.2 , 3.3.1.2)

3.3 Siklus Penelitian
Penjelasan
3.3.1 Perencanaan Tindakan
Pada bagian ini akan diuraikan secara rinci hal-hal yang perlu dipersiapkan sebelum pelaksanaan tindakan, yaitu:
  • penyiapan skenario
  • pembelajaran penyiapan sarana
  • pendukung penyiapan
  • instrumen penelitian
  • penyiapan sarana refleksi

3.2.2 Penyiapan Skenario Pembelajaran
Skenario pembelajaran berupa langkah-langkah yang akan ditempuh dalam pembelajaran di kelas nyata. Skenario ini dituangkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Pada RPP tercantum satuan pendidikan, mata pelajaran, kelas/semester, konsep, subkonsep, waktu, tujuan, indikator pencapaian, sumber dan alat pembelajaran, pengalaman belajar, kegiatan inti, dan evaluasi. RPP disajikan pada lampiran. Pada RPP juga tercantum Langkah-langkah pembelajaran di kelas termasuk cara pengaturan meja-kursi untuk pembelajaran kelompok.
Pada bagian ini ditulis semua persiapan yang diperlukan untuk kelancaran pelaksanaan tindakan sehingga RPP dilaksanakan secara efisien. 

Catatan: Perancanaan tindakan menggambarkan secara rinci hal-hal yang perlu dilakukan sebelum pelaksanaan tindakan. Yang harus ditonjolkan pada RPP adalah action yang akan dilakukan. Pada contoh ini adalah fase-fase / step dalam pembelajaran cooperative learning tipe STAD.

3.3.3 Siklus Penelitian
Penjelasan
3.3.1.2 Mempersiapkan Sarana Pendukung
Sarana pendukung yang diperlukan dalam pelaksanaan pembelajaran ini adalah:
  • Lembar kerja siswa (LKS)/lembar pertanyaan bahan diskusi
  • Alat peraga/media Diagram pengelompokkan siswa Buku
  • Paket Sertifikat penghargaan
Lembar LKS disajikan pada lampiran. Tidak diperlukan persiapan khusus tentang ruangan kelas. Posisi meja-kursi akan diatur bersama-sama dengan siswa. Dalam pembelajaran biasa, satu meja di kelas ini dilengkapi dua kursi, artinya satu meja digunakan untuk dua siswa. Dalam pembelajaran kooperatif STAD yang diterapkan dalam penelitian ini, dua meja digabung sehingga dapat digunakan oleh kelompok yang tediri dari 4 siswa.
Bagian ini harus dilengkapi dengan lampiran untuk setiap butirnya.

Diagram pengelompokkan siswa lengkap dengan nama-nama (kode nama)untuk setiap kelompok. Misalnya


Rabu, 11 September 2013

Pembelajaran Kooperatif

2.2.4 Pembelajaran Kooperatif Model STAD
Berikut adalah langkah-langkah dalam pembelajaran Kooperatif STAD:
  1. Membentuk kelompok-kelompok yang masing-masing beranggotakan empat orang siswa secara heterogen (dalam hal kemampuan akademik, jenis kelamin, dan sebagainya). 
  2. Membuat LKS dan kuis pendek untuk pelajaran yang direncanakan untuk diajarkan. 
  3. Pada saat menjelaskan STAD kepada siswa, guru membacakan tugas-tugas yang harus dikerjakan kelompok antara lain:
    • Meminta anggota kelompok bekerjasama mengatur bangku atau meja/kursi mereka, dan memberikan kesempatan sekitar 10 menit utnuk menuliskan nama-nama anggota kelompok mereka.
    • Membagikan LKS atau materi pelajaran lain (dua set untuk tiap kelompok).
    • Meminta dalam tiap kelompok agar bekerja berpasangan (duaan) dalam mengerjakan LKS dan soal-soal latihan.
    • Meminta siswa pada tiap kelompok agar tidak mengakhiri kegiatan belajar sebelum mereka yakin bahwa seluruh anggota kelompok dapat menjawab 100% benar soal-soal latihan yang diberikan.
    • Menjelaskan bahwa LKS itu untuk belajar bukan untuk diisi dan dikumpulkan. Dengan demikian, pda akhirnya perlu memberikan kunci jawaban LKS untuk mengecek kebenaran jawaban siswa dalam kelompok.
    • Memberi kesempatan kepada siswa untuk saling menjelaskan jawaban mereka.
    • Jika ada pertanyaan, meminta kepada siswa agar pertanyaan diajukan kepada teman atau kelompok terlebih dahulu sebelum mengajukannya kepada guru.
    • Berkeliling di dalam kelas dan memberi pujian kepada kelompok yang bekerja dengan baik dan secara bergantian duduk bersama dengan setiap kelompok untuk memperhatikan bagaimana anggota-anggota kelompok itu bekerja.
  4. Memberikan kuis kepada siswa dan meminta siswa agar mengerjakannya secara individu, bukan bekerjasama. 
  5. Membuat skor individual dan skor kelompok. Skor kelompok dalam STAD didasarkan pada peningkatan skor anggota kelompok dibandingka skor yang lalu mereka sendiri. Skor kelompok dihitung dengan jalan menjumlahkan poin peningkatan yang diperoleh tiap anggota kelompok dan membaginya dengan jumlah anggota kelompok yang mengrjakan kuis itu. 
  6. Memberikan pengakuan terhadap prestasi kelompok. Guru menberikan pengakuan kepada tiap kelompok yang mencapai rata-rata peningkatan 20 poin ke atas, dengan memberikan sertifikat atau peragaan pada papan pengumuman. Setelah 5 atau 6 minggu penerapan STAD, guru mengatur ulang siswa ke dalam kelompok-kelompok baru. Hal ini, untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja dengan teman sekelas yang lain dan menjaga program pengajaran tetap segar.

Pembelajaran Kooperatif 2.2.5

2.2.5 Sintaks Model pembelajaran Kooperatif tipe STAD Penjelasan
Dalam pembelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif, termasuk kooperatif STAD, terdapat enam fase atau tahapan utama sebagai berikut (Arend, 1997):
FASE TINGKAH LAKU GURU
Fase-1
menyampaikan tujuan dan informasi
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
Fase-2
menyampaikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
Fase-3
mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membenruk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
Fase-4
membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Fase-5
evaluasi
Guru menevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Fase-6
memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil bejara individu dan kelompok.


Dan seterusnya....dapat diuraikan tentang karakteristik soal cerita.

Fase-fase inilah yang harus diterapkan pada penelian nanti. Fase-fasenya akan disesuaikan dengan materi dan cara penyampaian informasi.



Kelebihan Kekurangan 2.2.6

2.2.6 Kelebihan dan Kekurangan Tipe STAD Penjelasan
Beberapa kelebihan model pembelajaran tipe STAD adalah:
  1. Siswa lebih aktif untuk belajar.
  2. Dapat menjalin kerjasama yang baik antara teman-teman. Memupuk sikap saling menghargai pendapat orang lain.
  3. Hasil-hasil diskusi mudah dipahami dan dilaksanakan karena para siswa ikut aktif dalam pembahasan sampai ke suatu kesimpulan.
  4. Dapat mempertinggi prestasi kepribadian individu seperti semangat toleransi, siswa yang demokratis, kritis dalam berfikir, tekun dan sabar.
Adapun beberapa kekurangan model pembelajaran tipe STAD adalah:
  1. Waktu yang dibutuhkan lebih banyak
  2. Pada saat pembagian kelompok biasanya siswa ribut di kelas akan bising.

Pada bagian ini harus duiraikan selengkap-lengkapnya tentang soal cerita, terutama karakteristiknya jika dikaitkan dengan kemampuan pemahaman bagi anak SD dan diskusi dalam kelompok.

Pembelajaran Aktif dan Kajian Penelitian Terdahulu yang Relevan (2.3 2.4)

2.3 Pembelajaran Aktif Penjelasan
Pembelajaran aktif adalah pembelajaran yang lebih berpusat pada peserta didik (student centered) dari pada berpusat pada guru (teacher centered) (Indrawati & Setiawan, 2009). Untuk mengaktifkan peserta didik, kata kunci yang dapat dipegang guru adalah adanya kegiatan yang dirancang untuk dilakukan oleh siswa baik kegiatan berpikir (minds-on) dan berbuat (hands-on). Fungsi dan peran guru lebih banyak sebagai fasilitator. Dalam hal ini, siswa aktif belajar, beberapa kegiatan diantaranya: belajar dalam kelompok, dan memecahkan masalah, berdiskusi/berdebat. Melalui pembelajaran Cooperative Learning sangat memungkinkan siswa belajar aktif.
Pada bagian ini diuraikan juga cara-cara mengukur aktifitas. Cara yang dimaksud akan dipakai untuk mengukur aktifitas siswa dalam pembelajaran.

2.4 Kajian Penelitian Terdahulu yang Relevan Penjelasan
Pada akhir-akhir ini mulai bermunculan peneliti-peneliti dari kalangan pendidik di Indonesia, tema yang diambil diantaranya adalah pembelajaran kelompok atau kooperatif, di tingkat SD maupun sekolah menengah. Utomo (2004), dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif yang berorientasi pada kepribadian (dominasi) siswa dapat berjalan secara efektif, baik secara normatif maupun korelatif. Hasil lain menunjukkan bahwa ada sedikit perubahan dominasi siswa ke arah lebih positif, artinya siswa dengan dominasi tinggi menjadi lebih kooperatif, demikian pula siswa dengan dominasi rendah (non-asertif) menjadi lebih asertif. Suradi (2004), dalam penelitiannya yang bersifat kaji tindak berbasis kelas, mendapatkan hasil sebagai berikut: siswa mempunyai persepsi positif terhadap model pembelajaran matematika secara kooperatif, hal ini berpengaruh pada oeningkatan motivasi belajar siswa dan pada akhirnya berpengaruh pada peningkatan hasil belajarnya. Diungkapkan pula bahwa prestasi belajar matematika siswa dalam pembelajaran kooperatif semakin meningkat pada setiap siklusnya. Sofyan (2004), hasil penelitiannya menyimpulkan beberapa keunggulan dalam pembelajaran matematika dengan metode kooperatif , yaitu: aktifitas siswa dan guru meningkat, siswa mempunyai respon positif terhadap metode ini, ketrampilan kooperatif baik, dan prestasi belajar siswa lebih meningkat dibandingkan dengan pembelajran konvensional. Sutanto (2003), di akhir laporannya memberi saran bahwa pembentukkan kelompok harus benar-benar cermat sehingga setiap potensi yang ada pada siswa bisa terungkap. Managing Basic Education (MBE) (2007, memaparkan beberapa hal sebagi berikut: para guru menciptakan situasi yang memungkinkan siswa menyatakan diri mereka secara bebas, bekerja dalam kelompok dan memikirkan jawaban pertanyaan dan bukan sekedar menghapal informasi, perlu ada diskusi mengenai pemecahan masalah/soal cerita (matematika) dengan siswa lain, belajar dalam kelomp[ok menjadi kebutuhan siswa, dll. Lebuan (2010) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa penerapan kooperatif STAD dalam pembelajaran Fisika (Kalor) di SMP mampu meningkatkan jumlah siswa hingga 87,1% yang mencapai SKM.
Bagian ini sangat penting karena menunjukkan bahwa beberapa peneliti telah berhasil menerapkan tipe STAD. Melalui penelitian terdahulu kita juga belajar tentang kelancaran dan hambatan yang dialami oleh peneliti sebelumnya, sehingga kita bisa mengantisifasinya.

Kerangka Berpikir (2.3)

2.3 Kerangka Berpikir Penjelasan
Rendahnya prestasi belajar siswa dalam matematika soal cerita disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah:
  • Sifat dari “soal cerita” memang sulit dipahami.
  • penjelasan guru sulit ditangkap oleh siswa.
  • siswa tidak mau bertanya.
  • guru kurang mampu menggerakkan siswa supaya bertanya.
  • beberapa siswa suka berisik, berbicara hal-hal lain sesama temannya, sehingga tidak fokus pada penjelasan guru. 
Dilain pihak, ada 20% siswa yang memperoleh nilai minimal 70, jadi sesungguhnya ada juga siswa yang tergolong mempunyai prestasi akademik tinggi. Jadi kemampuan akademis mereka beragam. Keberagaman kemampuan akademis dapat dijadikan dasar untuk cooperative learning. Melalui cooperative learning akan timbul ketergantungan positif dan timbul perasaan saling berbagi pengetahuan. Karena berbagi pengetahuan menggunakan bahasa dan gaya usia sebaya, maka diharapkan memudahkan pemahaman dalam membahas soal cerita. 
  Oleh karena itu, PTK ini memilih tindakan berupa penerapan pembelajaran kooperatif STAD untuk menghilangkan atau mengurangi penyebab timbulnya masalah sehingga tujuan penelitian ini tercapai.

dasarnya menguraikan tentang adanya “benang merah” antara masalah, penyebab terjadinya masalah, kajian teoritis, dan kajian empiris sehingga terlihat adanya “logika” mengapa suatu tindakan dipilih untuk menghilangkan atau mengurangi penyebab masalah tersebut.
Kerangka berpikir menunjukkan keterkaitan antara:

  • masalah, 
  • teori, 
  • hasil penelitian terdahulu yang relevan, 
  • pilihan tindakan.
Uraian dapat menggunakan narasi, diagram atau kedua-duanya. 

Biasanya ada peneliti yang mengakhiri bab II dengan perumusan hipotesis.

Catatan : ciri penulisan ilmiah dan menghindari plagiat
Ciri utama bahasa ragam ilmiah:
  1. menggunakan istilah baku
  2. lugas
  3. konsisten
  4. struktur kalimat gramatis
  5. kalimat dan paragraf jelas gagasan pokoknya
  6. memiliki kepaduan hubungan antar kalimat dan antar paragraf.
Cara menghindari plagiat:
  1. selalu menulis sumber bacaan
  2. perhatikan cara menulis kutipan langsung maupun kutipan tidak langsung
  3. perhatikan menulis daftar pustaka

BACK

Pembelajaran Kooperatif (2.2.1 2.2.2)

2.2. Pembelajaran Kooperatif Penjelasan
2.2.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa berkerjasama dalam kelompok kecil dan saling membantu dalam belajar. Di dalam satu kelompok biasanya berada dalam satu kelompok selama beberapa minggu atau bulan, dan dilatih ketrampilan-ketrampilan khusus untuk membantu mereka bekerjasama dengan baik. Misalnya menjadi pendenngar yang baik, memberikan penjelasan dengan baik, mengajukan pertanyaan dengan benar, dan sebagainya.

Uraian diawali dengan pengertian pembelajaran kooperatif (cooperative learning)

2.2.2 Tujuan Pembelajaran Kooperatif Penjelasan
Model pembelajaran kooperatif setidak-tidaknya memiliki tiga macam tujuan pembelajaran penting, yaitu: 
  1. Hasil belajar akademik, misalnya meningkatkan hasil belajar siswa.
  2. Penerimaan terhadap keragaman, misalnya penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya, kelas sosial, dan kemampuan akademik. 
  3. Pengembangan keterampilan sosial seperti keterampilan bekerjasama atau kolaborasi.
Dengan demikian, selain unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit, model ini juga sangat berguna untuk membantu siswa menumbuhkan kemampuan bekerja sama.

Tujuan perlu diuraikan untuk memperkuat alasan mengapa tindakan yang diambil dalam PTK ini adalafh pembelajaran kooperatif.

Pembelajaran Kooperatif(2.2.4)

2.2.4 Pembelajaran Kooperatif Model STAD
Berikut adalah langkah-langkah dalam pembelajaran Kooperatif STAD:
  1. Membentuk kelompok-kelompok yang masing-masing beranggotakan empat orang siswa secara heterogen (dalam hal kemampuan akademik, jenis kelamin, dan sebagainya). 
  2. Membuat LKS dan kuis pendek untuk pelajaran yang direncanakan untuk diajarkan. 
  3. Pada saat menjelaskan STAD kepada siswa, guru membacakan tugas-tugas yang harus dikerjakan kelompok antara lain:
    • Meminta anggota kelompok bekerjasama mengatur bangku atau meja/kursi mereka, dan memberikan kesempatan sekitar 10 menit utnuk menuliskan nama-nama anggota kelompok mereka.
    • Membagikan LKS atau materi pelajaran lain (dua set untuk tiap kelompok).
    • Meminta dalam tiap kelompok agar bekerja berpasangan (duaan) dalam mengerjakan LKS dan soal-soal latihan.
    • Meminta siswa pada tiap kelompok agar tidak mengakhiri kegiatan belajar sebelum mereka yakin bahwa seluruh anggota kelompok dapat menjawab 100% benar soal-soal latihan yang diberikan.
    • Menjelaskan bahwa LKS itu untuk belajar bukan untuk diisi dan dikumpulkan. Dengan demikian, pda akhirnya perlu memberikan kunci jawaban LKS untuk mengecek kebenaran jawaban siswa dalam kelompok.
    • Memberi kesempatan kepada siswa untuk saling menjelaskan jawaban mereka.
    • Jika ada pertanyaan, meminta kepada siswa agar pertanyaan diajukan kepada teman atau kelompok terlebih dahulu sebelum mengajukannya kepada guru.
    • Berkeliling di dalam kelas dan memberi pujian kepada kelompok yang bekerja dengan baik dan secara bergantian duduk bersama dengan setiap kelompok untuk memperhatikan bagaimana anggota-anggota kelompok itu bekerja.
  4. Memberikan kuis kepada siswa dan meminta siswa agar mengerjakannya secara individu, bukan bekerjasama. 
  5. Membuat skor individual dan skor kelompok. Skor kelompok dalam STAD didasarkan pada peningkatan skor anggota kelompok dibandingka skor yang lalu mereka sendiri. Skor kelompok dihitung dengan jalan menjumlahkan poin peningkatan yang diperoleh tiap anggota kelompok dan membaginya dengan jumlah anggota kelompok yang mengrjakan kuis itu. 
  6. Memberikan pengakuan terhadap prestasi kelompok. Guru menberikan pengakuan kepada tiap kelompok yang mencapai rata-rata peningkatan 20 poin ke atas, dengan memberikan sertifikat atau peragaan pada papan pengumuman. Setelah 5 atau 6 minggu penerapan STAD, guru mengatur ulang siswa ke dalam kelompok-kelompok baru. Hal ini, untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja dengan teman sekelas yang lain dan menjaga program pengajaran tetap segar.

Senin, 09 September 2013

Manfaat Penelitian

1.6 Manfaat Penelitian Penjelasan Manfaat Penelitian
Hasil penelitian mempunyai manfaat bagi guru, guru maupun sekolah.
Manfaat bagi siswa:
  • Siswa termotivasi untuk belajar matematika karena skor tesnya meningkat.
  • Siswa dengan penuh semangat masuk kelas karena senang dengan pembelajaran kelompok.
  • Pengetahuan siswa tentang cara belajar bertambah.
  • Siswa mendapat ketrampilan-keterampilan:
  •  menjadi pendengar yang baik
  • memberi penjelasan dengan baik
  • mengajukan pertanyaan dengan benar
  • menghargai pendapat orang lain
  • penerimaan terhadap keragaman
  • saling membantu dalam belajar
Manfaat bagi guru:

  • Dalam diri guru akan tumbuh kebiasaan melakukan perbaikan pembelajaran secara sistematis.
  • Pengetahuan guru bertambah dalam hal materi maupun metode pembelajaran
Manfaat bagi sekolah:
Terciptanya atmosfir yang baik dalam bidang penelitian tindakan kelas, yang pada akhirnya akan meningkatkan mutu pendidikan di sekolah tersebut.
Manfaat dapat diartikan sebagai dampak positif kalau tujuan penelitian tercapai.

Manfaat hasil penelitian, khususnya untuk perbaikan kualitas pendidikan dan/ atau pembelajaran diuraikan secara jelas. Perlu juga diuraikan manfaat bagi peserta didik, guru dan komponen pendidikan terkait di sekolah.

Perumusan manfaat sebaiknya menggunakan kata benda, bukan kata kerja. Sebab, dampak adalah suatu kata benda.


Indikator Keberhasilan


1.5 Indikator Keberhasilan
Penjelasan Indikator Keberhasilan
Sebagai indikasi bahwa tujuan penelitian telah tercapai adalah:
  1. Minimal 70% siswa aktif berinteraksi dalam diskusi kelompok.
  2. Minimal 75% siswa mencapai SKM.
  3. Skor rata-rata ulangan minimal 70.

Indikator adalah tanda atau ciri kuantitatif yang menunjukan abhwa tujuan tercapai. Peneliti harus dapat menetapkan dengan tegas tentang:a
  • Indikator apa yang dipakai untutk menunjukkan bahwa terjadi peningkatan aktifitas siswa.
  • Indikator apa yang akan digunakan untuk menunjukkan bahwa prestasi eblajar meningkat.
  • Apakah dapat diukur sesuai dengan indikator keberhasilan?
  • apakah jelas cara asesmennya? (tidak sulit mengetahui beberapa persen siswa yang memenuhi SKM, yaitu dengan cara memeriksa (skoring) kertas pekerjaan ulanga siswa, menghitung jumlah siswa yang mendapat skor minimal sesuai dengan SKM (misalkan n orang), kemudian membagi n dengan jumlah total siswa dan mengalikannya dengan 100%. Sedangkan jumlah siswa yang aktif dapat diketahui dengan observasi terstruktur kemudian menghitung jumlah siswa yang aktif dan menyajikan dalam bentuk persen)
Catatan:
Pembuatan indikator sangat penting untuk mengetahui:
  • Apa yang diukur
  • Apa alat ukurnya
  • Dimana sumber datanya
  • Kapan siklus berhenti

Tujuan

1.4 Tujuan Penjelasan Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah:
  1. Meningkatkan keaktifan siswa dalam berinteraksi dan diskusi.
  2. Meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi matematika soal cerita.

Tujuan harus sesuai dengan judul yang tertera pada judul.

Tujuan penelitian dirumuskan secara singkat berdasarkan permasalahan yang dikemukakan. Bila tujuan kurang spesifik, perlu dirumuskanindikator/kriteria keberhasilan yang realistik.


Hipotesis Tindakan

1.3 Hipotesis Tindakan Penjelasan 
Alinea II
Hipotesis tindakan yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
Jika proses pembelajaran kooperatif STAD dapat dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dan sesuai kondisi siswa maka dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar matematika soal cerita.

Atau:

Apabila dalam pembelajaran matematika soal cerita, guru menggunakan metode kooperatif STAD sesuai dengan ketentuan dan situasi-kondisi siswa maka akan meningkatkan aktifitas dan prestasi belajar siswa.
Hipotesis tindakan asalah hipotesis yang perumusannya menggunakan kalimat:
jika....maka.....
atau kalimat lain yang senada.

Yang dihipotesiskan adalah proses pelaksanaan STAD.

 Hipotesis tindakan adalah dugaan mengenai perubahan yang akan terjadi jika suatu tindakan dilakukan. Hipotesis dirumuskan dalam bentuk keyakinan bahwa tindakan yang diambil akan dapat memperbaiki suatu sistem, proses, atau hasil. Konkritnya, hipotesis tindakan adalah dugaan guru tentang tindakan terbaik yang harus dilakukan (pembelajaran kooperatif) untuk mengatasi masalah (rendahnya prestasi belajar siswa).

Catatan:
Hipotesis tindakan adalah suatu perkiraan tentang tindakan yang diduga dapat mengatasi permasalahan tersebut.

Rumusan Masalah

1.2 Rumusan Masalah Penjelasan Rumusan Masalah
Masalah dalam penelitian ini adalah:
Bagaimana proses penerapan pembelajaran kooperatif STAD sehingga dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa pada pelajaran matematika soal cerita di kelas 6 SD SUMBER ILMU Surabaya?

Atau

Bagaimana menerapkan pembelajaran kooperatif model STAD sehingga meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika soal cerita di kelas 6 SD SUMBER ILMU Surabaya?
Masalah dirumuskan dalam kalimat tanya. Perhatikan hal-hal yang terkandung pada rumusan masalah:
  • Masalah dirumuskan dengan memakai kata tanya bagaimana (How to), sebab perhatian dalam PTK bukan hanya hasil tetapi proses han hasil. Argumentasi logis terhadap pilihan tindakan (metode pembelajaran STAD yang argumennya diuraikan pada bagian latar belakang alinea IV) untuk memecahkan akar penyebab masalah (Latar Belakang alinea II, analisis masalah) kita yakini ketepatannya, dan akan berhasil baik jika prosesnya benar dan sesuai dengan situasi dari masalah yang sedang dihadapi. Tegasnya, proses pelaksanaan metode pembelajaran yang kita terapkan dipebaiki terus melalui siklus-siklus. Tujuan PTK bukan menguji atau menemukan suatu metode pembelajaran yang kita terapkan diperbaiki terus menerus melalui siklus-siklus. Tujuan PTK bukan menguji atau menemukan suatu metode pembelajaran, sehingga kata tanyana bukan apakah metode A mampu meningkatkan .... (yang jawabannya bermakna ya atau tidak).
  • Masalah mengandung hubungan antara permasalahan (rendahnya hasil belajar sehingga perlu ditingkatkan) dan tindakan (menerapkan pembelajaran kooperatif STAD).
  • Dapat diuji secara empirik (aktifitas dapat diukur menggunakan rubrik, peningkatan hasil belajar dapat diukur berdasarkan skor hasil belajar yang nyata diperoleh dari tes hasil belajar, bukan diperoleh dari teori atau data buatan atau data hipotesi)
  • Menunjukkan secara jelas subyek penelitian (siswa) dan/atau lokasi penelitian (SD SUMBER ILMU)
  • Rumusan masalah menunjukkan secara jelas tindakan yang diimplementasikan (penerapan pembelajaran kooperatif)
Hipotesis tindakan adalah dugaan mengenai perubahan yang akan terjadi jika suatu tindakan dilakukan. Hipotesis dirumuskan dalam bentuk keyakinan bahwa tindakan yang diambil akan dapat memperbaiki suatu sistem, proses, atau hasil. Konkritnya, hipotesis tindakan adalah dugaan guru tentang tindakan terbaik yang harus dilakukan (pembelajaran kooperatif) untuk mengatasi masalah (rendahnya prestasi belajar siswa).

Alinea 3

I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG : alinea III
Penjelasan 
Alinea III
Upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi hal ini adalah menjelaskan kembali soal cerita dengan cara guru memberikan pertanyaan etrstruktur yang mengarah pada penterjemahan soal ke dalam bentuk matematis. Tetapi, hasil tes yang diperleh tidak memperlihatkan peningkatan prestasi yang berarti. Oleh karena itu perlu dicari cara yang memungkinkan terciptanya suasana dimana siswa dapat menyatakan diri mereka secara bebas, bekerja dalam kelompok dan memikirkan jawaban bersama. Yang lebih penting lagi, terciptanya suasana dimana siswa berkesempatan berbicara secara bebas antar mereka dengan bahasadan isyarat yang lebih mudah dipahami. Model yang nampaknya cocok untuk menciptakan suasana tersebutadalah pembelajaran model kelompok ( cooperative learning). Pada aline III diuraikan: upaya-upaya yang pernah dilakukan , tetapi hasilnya belum memuaskan. Kemudian diajukan upaya lain yang akan dilakukan dalam penelitian ini, yaitu model pembelajaran cooperative learning. Sebelum mengajukan upaya yang baru (dalam hal ini adalah cooperative learning), hatus diberikan sedikit alasan mengapa upaya tersebut diambil. Sedangkan alasan empiris dan teoritis yang memperkuat mengapa upaya tersebut diusulkan diberikan pada alinea berikutnya, yaitu alenia IV.
Catatan:
Pemecahan masalah yang diajukan harus bersifat inovatif dan memungkinkan untuk dilakukan, artinya disesuaikan dengan kemampuan guru dan fasilitas yang ada.

Alinea 2

I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG : alinea II
Penjelasan 
Alinea II
Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap lembar jawaban siswa, bentuk kesalahan yang dijumpai adalah:
1. salah menterjemahkan soal ke dalam bentuk matematis.
2.  salah melakukan operais hitung.
Kesalahan terbanyak adalah kesalahan yang menyangkut menterjemahkan soal, sebnayak 65% siswa yang pernah mengalami kesalahan ini. Dan berdasarkan pemeriksaan dengan cermat terhadap soal- soal ulangan; ternyata soal tergolong bagus, artinya soal telah dibuat dngan bahasa yang mudah dimengerti dan ridak bermakna ganda. Untuk lebih meyakinkan bahwa kesalahan terbanyak adalah kesalahan menterjemahkan soal, kemudian dilakukan diagnosis dengan cara membuat dua tes. Tes pertama adalah tes soal cerita. Tes kedua adalah tes tanpa cerita, yaitu tes yang langsung meminta siswa melakukan operasi hitung yang angkanya hampir sama dengan tes yang ada pada tes pertama. Jadi jika tes pertama diterjemahkan dengan benar oleh siswa, akan diperoleh angka yang serupa dan operasi hitung yang sama dengan tes yang kedua. Diperoleh hasil tes sebagai berikut: 62% siswa yang salah pada soal tes pertama tetapi benar pada soal tes kedua. Hal ini menunjukkan bahwa pada umumnya kegagalan pada soal cerita diakibatkan oleh ketidakmampuan menterjemahkan soal ke dalam bentuk matematis. Perenungan terhadap proses pembelajaran yang selama ini dilakukan, dan berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswa dan guru yang sulit ditangkap oleh siswa, siswa tidak mau bertanya, dan guru kurang mampu menggerakkan siswa supaya bertanya.
Pada alinea II diuraikan: analisis terhadap masalah yang telah teridentifikasi pada alinea I. Analisis dilakukan dengan tujuan mencari penyebab timbulnya masalah. Caranya: mengkaji ulang dokumen lembar pekerjaan siswa, daftar nilai, dan soal ulangan. Boleh juga dokumen lain, tergantung masalah yang diidentifikasi (misalnya, jika yang teridentifikasi adalah motivasi belajar, maka yang perlu dilihat adalah dokumen catatan harian tentang respon siswa dalam pembelajaran). Hasil analisis dipaparkan secara lengkap tapi singkat, dan datanya disajikan pada lampiran. Untuk mempertajam analisis, dapat dilakukan diagnosis dengan terencana dan cermat. Pada proposal ini, diagnosis menggunakan dua tes tanpa cerita, yaitu tes yang langsung meminta siswa melakukan operasi hitung yang angkanya hampir sama tapi operasinya sama dengan yang ada pada tes pertama. Jadi, yang dilakukan pada tahap analisis ini adalah:
 1. menganalisis lembar jawaban siswa.
2. Menganalisis daftar nilai ulangan siswa.
3. Menganalisis lembar soal-soal ulangan.
4. Mendiagnosis kesalahan jawaban siswa dengan soal yang terencana untuk keperluan diagnosis.
5. Menganalisis hasil renungan (refleksi) dan hasil wawancara dengan siswa dan guru lainnya.
Catatan:
Masalah yang akan dipecahkan bukan hasil kajian akademik (teoritik) atau hasil kajian empiris terdahulu. Tetapi masalah nyata pembelajaran yang dialami guru yang  bersangkutan di kelasnya sendiri.

Alinea 1

I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG : alinea I
 Penjelasan
Alinea I
Salah satu materi matematika pada kelas VI SD adalah "Perhitungan Pecahan". Materi ini twrdiri dari penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian pecahan. Seperti pada SD lainnya, di SD 'SUMBER ILMU" juga diadakan ulangan harian. Pada semester gasal tahun ajaran 2011/2012, hasil ulangan harian soal cerita untuk materi penjumlahan dan pengurangan pecahan kurang memuaskan. Dari beberapa kali ulangan harian, hanya sekitar 39% yang mendapat skor diatas 70 (jumlah siswa 42 orang). Keadaan ini tetap terjadi walaupn guru sudah menjelaskan dengan contoh-contoh soal cerita. Biasanya pemberian contoh dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: soal ditulis di papan, siswa-siswi dimita mencoba menjawab di bukunya masing-masing, beberapa saat kemudian guru menjelaskan di papan tulis, dan akhirnya siswa diberi kesempatan bertanya sambil mencatat. Pada alinea I diuraikan: masalah riil yang dihadapi guru. Oleh karena itu, masalah yang dikemukakan merupakan refleksi dari pengalaman nyata dalam pembelajaran yang dimapu oleh guru yang bersangkutan. Karena PTK bersifat kasuistik, yaitu kasus spesifik atau tertentu di dalam pelajaran yang sifatnya nyata dialami oleh guru, maka perlu disebutkan tempat dan waktu kejadiannya. Dan karena maksud PTK adalah mengubah kenyataan, keadaan, dan situasi pembelajaran menjadi lebih baik, maka perlu diuraikan proses pembelajaran yang telah dilakukan selama ini. Sesungguhnya, pada alinea ini kita menulis kesenjangan antara das solen dan das sein, kesenjangan antara harapan dengan kenyataan.
Catatan:
Inti dari aline ini adalah mengidentifikasikan masalah yang dirasakan oleh guru.
Beberapa karakteristik PTK: 
  1. Bersifat kasuistik
  2. Diawali dengan refleksi diri
  3. Bermaksud  mengadakan perubahan.  
 Secara sederhana, PTK dapat didefinisikan sebagai berikut:
PTK adalah  penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa meningkat.

                          NEXT
BACK

Jumat, 06 September 2013

Pendahuluan

Tulisan ini akan menuntun Anda menyelesaikan darft proposal PTK dalam waktu 3 jam karena disediakan contoh beserta penjelasan yang sangat sistematis sehingga mudah diadopsi, diadaftasi, dan diinovasi.

Rabu, 28 Agustus 2013

DAFTAR ISI

             1.1 Latar Belakang
             1.2 Rumusan masalah
             1.3 Hipotesis Tindakan
             1.4 Tujuan
             1.5 Indikator Keberhasilan
             1.6 Manfaat Penelitian
             2.1 Soal Cerita
             2.2 Pembelajaran Kooperatif
                   2.2.1 Pengertian Pembelajaran Koopertif
                   2.2.2 Tujuan Pembelajaran Kooperatif
                   2.2.3 Pembelajaran Kooperatif Model STAD
                   2.2.4 Langkah-Langkah Dalam Model STAD
                   2.2.5 Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD
                   2.2.6 Kelebihan dan Kekurangan Tipe STAD
             2.3 Pembelajaran Aktif
             2.5 Kerangka Berpikir
BAB III
             3.1 Metode Penelitian
             3.2 Setting Penelitian
                   3.2.1 Tempat Penelitian
                   3.2.2 Waktu Penelitian
                   3.2.3 Subyek Penelitian
             3.3 Siklus Penelitian
                   3.3.1 Perencanaan Tindakan
                            3.3.1.1 Penyiapan Skenario Pembelajaran
                            3.3.1.2 Mempersiapkan Sarana Pendukung
                            3.3.1.3 Penyiapan Instrumen Penelitian
                                        3.3.1.3.1 Instrumen observasi proses/kegiatan
                                        3.3.1.3.2 Instrumen pengukur hasil belajar dan Angket
                            3.3.1.4 Persiapan Refeleksi
                    3.3.2 Pelaksanaan Tindakan
                    3.3.3 Observasi
                    3.3.4 Refleksi
              3.4 Teknik Analisis Data
CONTOH INTI DARI ISI
BAB METODOLOGI PENELITIAN DALAM PTK

Pada bagian ini akan disajikan contoh tentang inti dari BAB III) dari suatu proposal PTK. Inti, berarti isi dari bagian ini dapat dikembangkan oleh setiap penulis sesuai dengan kebutuhan. Contoh ini boleh diadoptasi, kemudian diadaptasi, dan kemudian dilakukan inovasi. Inovasi perlu, karena apapun yang dibuat manusia tidak ada yang sempurna, sehingga selalu saja ada celah yang memerlukan perbaikan.

     METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian Penjelasan
Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK) yang modelnya dikembangkan oleh Kemmis dan McTaggart (1988). Metode ini meliputi serangkaian siklus yang saling terkait (berkesinambungan). Setiap siklus mencangkup empat tahapan, yaitu: persiapan tindakan (plan), tindakan (action), observasi (Observe), dan refleksi (reflect). Setelah satu siklus berakhir, dilanjutkan dengan siklus berikutnya dengan memanfaatkan hasil refleksi pada siklus sebelumnya. Berikut adalah diagramnya:
Pada bagian ini dijelaskan model PTK yang digunakan. Hal ini perlu dijelaskan karena ada banyak model PTK, walaupun pada intinya semua PTK sama.
Jika suatu model sudah ditetapkan maka pelaksanaan berikutnya akan mengikuti tahapan-tahapan dari model tersebut.

3.2 Setting Penelitian Penjelasan
3.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di SD “SUMBER ILMU”, Jalan Ngurah Rai Surabaya. 

3.2.2 Waktu Penelitian
PTS dilaksanakan pada bulan Desember 2011 sampai dengan Pebruari 2012. 

3.2.3 Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa VI SD “SUMBER ILMU” . Jumlah siswa 42 orang. Karakteristik siswa sebagai berikut: 28 siswa adalah wanita , dan sisanya pria; 38 siswa termasuk dari ekonomi menengah ke atas, dan sisanya ekonomi lemah; 15 siswa mempunyai kemampuan akademis tinggi, 20 siswa berkemampuan sedang, dan sisanya berkemampuan rendah; sebanyak 30 siswa yang orang tuanya wiraswasta, dan sisanya pegawai swasta/negeri; siswa pada umumnya berdomisili jauh dari sekolah; Mempunyai beragam agama dan budaya.
Setting atau pemetaan memaparkan tentang lokasi sekolah, kelas, waktu, karakteristik sekolah, subyek, karakteristik subyek, dan kalau perlu tulis juga karakteristik Anda sebagai peneliti. Uraian terutama yang berkaitan langsung dengan pemilihan tindakan untuk menghilangkan penyebab timbulnya masalah.
Catatan:
Setting penelitian perlu diuraikan secara rinci karena penting artinya bagi guru lain yang ingin meniru, mengadopsi, atau mengadaptasi keberhasilan Anda dalam melaksanakan PTK. Jika ada kemiripan, mungkin guru lain akan menirunya.
CONTOH INTI DARI ISI
BAB II: LANDASAN TEORI DALAM PTK

Pada bagian ini akan disajikan contoh tentang inti dari BAB  II dari suatu proposal PTK. Inti, berarti isi dari bagian ini dapat dikembangkan oleh setiap penulis sesuai dengan kebutuhan. Contoh ini boleh diadoptasi, kemudian diadaptasi, dan kemudian dilakukan inovasi. Inovasi perlu, karena apapun yang dibuat manusia tidak ada yang sempurna, sehingga selalu saja ada celah yang memerlukan perbaikan.
     BAB II : LANDASAN TEORI

Penjelasan
Pada bab ini akan diuraikan tentang pengertian soal cerita, pembelajaran kooperatif STAD, pembelajaran aktif, kajian penelitian yang relevan, dan kerangka berpikir.
Pada bagian awal dari bab II sebaiknya ditulis terlebih dahulu hal-hal yang akan dibahas pada bagian berikutnya. Isi pembahasan sesuaikan dengan judul, yaitu tentang sola cerita, pembelajaran aktif, kooperatuf STAD, penelitian terdahulu yang relevan, dan diakhiri dengan kerangka berpikir.

2.1 Soal Cerita Penjelasan
Soal cerita dalam matematika adalah soal yang menuntut siswa menterjemahkan soal ke dalam bentuk matematika sebelum melakukan perhitungan. 
Conoh: Ibu mendapat minyak goreng 0,6 liter dari nenek dan 0,3 liter dari tante Nina. Jika kemudian Ibu memberikan 0,2 liter kepada tetangga, masih berapa literkah minyak ibu? Soal ini menuntut siswa membaca dengan cermat dan memahami isi bacaannya, kemudian menterjemahkan ke dalam bentuk matematis, sebelum melakukan perhitungan 0,6 + 0,3 - 0,2.
Dan seterusnya....dapat diuraikan tentang karakteristik soal cerita.

Pada bagian ini harus duiraikan selengkap-lengkapnya tentang soal cerita, terutama karakteristiknya jika dikaitkan dengan kemampuan pemahaman bagi anak SD dan diskusi dalam kelompok.

CONTOH ISI DARI ISI
BAB PENDAHULUAN PTK

Pada bagian ini akan disajikan contoh tentang inti dari BAB I : PENDAHULUAN dari suatu proposal PTK. Inti, berarti isi dari bagian ini dapat dikembangkan oleh setiap penulisa sesuai kebutuhan tanpa meninggalkan inti dari setiap alinea. Contoh ini boleh diadoptasi, kemudian diadaptasi, dan diharapkan dilakukan inovasi. Inovasi perlu, karena apapun yang dibuat manusia tidak ada yang sempurna, sehingga selalu saja ada celah yang memerlukan perbaikan.

JUDUL Penjelasan Judul
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SOALCERITA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD DI KELAS 6 SD "SUMBER ILMU" Judul ditulis secara singkat (maksimal 15 kata) dan spesifik.
Judul harus jelas menggambarkan masalah yang akan dipecahkan, tujuan, tindakan untuk mengatasi masalah, dan tempat penelitian.

Bagaimana dengan judul pada contoh kita?
Judul terdiri dari:
sekitar 15 kata.
Masalah yang akan dipecahkan:
Rendahnya aktivitas dan hasil belajar matematika soal cerita.
Tujuan:
Meningkatkan aktifitas dan Hasil Belajar.
Tindakan untuk mengatasinya:
Menerima Pembelajaran Kooperatif STAD.
Tempat Penelitian:
Di Kelas 6 SD "SUMBER ILMU".
Catatan:
  • Perlu  diperhatikan cara pemengalan kata/kalimat.
  • Biasanya lokasi/tempat penelitan ditulis paling akhir.